Pakar Farmasi UGM: Tanaman Ganja Bisa Juga Digunakan Sebagai Obat Dan Studi Jika di Luar Negeri
Jakarta - Beberapa waktu lalu, Malaysia baru saja memberi izin terkait penggunaan
ganja untuk keperluan medis. Hal ini menimbulkan banyak pendapat,
terlebih karena di Indonesia ganja masih dianggap sebagai tanaman
terlarang.
Terkait hal tersebut, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada (UGM) Prof. Dr. Zullies Ikawati mengungkapkan bahwa penggunaan
ganja di dunia memang masih sangat bervariatif.
"Tapi berbicara sebagai farmakolog, memang ganja ini di sisi lain bisa
dikembangkan sebagai obat dan studi-studinya kalau di luar negeri sudah
banyak. Bahkan ada jurnalnya khusus ya untuk marijuana,"ujar Zullies
beberapa waktu lalu.
Zullies menjelaskan bahwa tetrahydrocannabinol merupakan salah satu nama
kandungan dalam marijuana dan masih banyak jenis cannabinol lainnya
dalam ganja. Kandungan tersebutlah yang memang memiliki manfaat bagi
dunia medis.
"Dalam hal ini, dikembangkan sebagai obat. Jadi yang sudah ada itu
namanya Epidiolex, itu adalah satu nama obat yang berasal dari komponen
hashish. Ada lagi yang namanya Dronabinol, itu nama zat aktif yang
diturunkan dari senyawa ganja,"kata Zullies.
"Nah, untuk marijuana ini yang sudah beredar di pasaran dalam hal ini
adalah sintetiknya sudah ada di luar. Jadi itu memang istilahnya
clinical cannabis atau hashish medis,"dia menambahkan.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa tidak disarankan untuk langsung
mengonsumsi hashish langsung dari tanamannya. Artinya, harus ada proses
yang tepat dan juga resep dokter terlebih dahulu. Mengingat dosisnya pun
harus sesuai dengan anjuran yang berlaku.
"Kalau (Ganja) dalam bentuk obat itu gak masalah, selama itu di
describe sama dokter. Dengan pengaturan pakai tertentu, dengan
pengawasan, gak masalah. Sama seperti obat lain, seperti morfin kan
dipakai juga,"ujar Zullies.
Menurut Zullies, selama ganja telah dikembangkan dan memang dibuat
menjadi obat yang jelas aturan pakainya, maka sebenarnya itu bukanlah
sebuah masalah. Namun penting untuk mengingat konsumsinya pun
bukan langsung dari tanamannya, mengingat potensi penyalahgunaannya
yang besar.
"Perlu diketahui juga akan ada potential negative result atau efek yang tidak diinginkan," kata Zullies.
Perkembangan Penelitian tentang Ganja
Zullies mengungkapkan bahwa jika berbicara soal perkembangan marijuana di dunia sebenarnya sudah sangat banyak. Bahkan ada asosiasi tersendiri untuk membahas penggunaan cannabinoid yakni International Cannabinoid Research study Society.
"Mereka juga pernah mengadakan simposium khusus untuk membahas, mengupas semua hal tentang marijuana. Jadi ada satu scientific society-nya itu dan jurnalnya juga soal cannabis. Artinya kalau memang dicari itu banyak. Sudah diteliti secara ekstensif,"ujar Zullies.
"Tapi memang potensi untuk menggunakannya masih tarik ulur bagaimana untuk penggunaannya. Sebetulnya sama saja (seperti) narkotik, yang sebetulnya bukan barang ilegal ya. Terutama kayak obat tadi, itu kan narkotik ya.
Ketika dibikin dalam bentuk obat, di explain, diawasi penggunaannya, itu gak ada masalah,"jelasnya. Meskipun begitu, tetap ada potensi untuk kemudian disalahgunakan penggunaannya. Di Indonesia sendiri penelitian soal hashish masih sangat sulit karena berkaitan dengan hukum.
"Kalau di Indonesia kita terbatasi oleh aspek hukum. Misalnya saya sebagai peneliti ingin mempelajari soal ganja, nyari ganjanya saja sudah susah. Bagaimana mau diteliti? Jadi kita lebih sulit nih jika ingin meneliti soal marijuana,"terang Zullies.
Komentar
Posting Komentar